Sabtu, 23 Oktober 2010

Puisi Dalam Cerita Psychopath's Games

Untuk cerita lebih jelasnya, silahkan mengunjungi http://www.fanfiction.net/s/6109479/1/Psychopaths_Games atau http://m.fanfiction.net/s/6109479/1/Psychopaths_Games untuk mobile

inilah kumpulan puisinya:

Berburu adalah kesenangan yang liar.

Namun, kita terlahir untuk melakukannya.


Ketika Ratu Es menangisi sang pengembara…

Ketika Ratu Es menangisi sang pengembara yang tidak lagi mengunjungi dirinya.

Peri-peri gunung sudah membunuhnya..

Hati sang Ratu Es yang dulu selalu membeku, untuk pertama kalinya mencair..

Ratu es, oh, Ratu Es

Mengapa kau bersedih?

Bukankah hatimu juga terbuat dari es?


Jiwanya..

Jiwanya..

Jiwanya sudah habis tertelan..

Mengapa harus mengalami semua ini?

Manusia,

Oh, sungguh kalian tidak adil

Selalu saja menilai dari sampulnya

Mengapa kalian tidak melihat lebih dalam?

Mengapa?

Selalu saja menilai begitu saja

Lihatlah.

Tataplah dirinya.

Lihatlah masa lalunya.

Apabila kalian mengalaminya, kalian tentu bertindak sama sepertinya

Kalian munafik

Selalu bicara sok baik di depan.

Mengapa?

Selalu menceramahinya

Seolah-olah kau sudah pernah merasakannya….


Seolah-olah kau tidak akan melakukannya bila hal itu terjadi..


Seolah-olah kau tidak akan pernah membunuh orang yang membuatmu jadi sepertinya

Seorang psikopat

Kalian egois, tidak pernah mau mengerti perasaan orang lain.

Kenapa?

Ia juga manusia

Dia juga mau dihargai

Aku juga mau dipuji

Aku juga mau mendapatkan perlakuan yang sama


Perlakuan yang sama

Dengarkanlah segala keluh kesahnya, wahai manusia

Bahkan burung-burung dan pohon tak sanggup untuk mengabaikannya lagi

Begitu mereka mendengar keluh kesahnya

Manusia, manusia..

Mengapa kalian begitu egois?

Mengapa kalian selalu bertindak menghakimi?

Padahal, nanti kalian yang akan dihakimi.

Bukan kalian yang menghakimi

Dengarkanlah semua ceritanya

Berikanlah komentar

Supaya dia merasa dihargai

Dia tidak membutuhkan perhatian lagi

Karena dia tahu, dia tidak akan pernah mendapatkannya

Tapi, dia tahu

Alam mencukupi semua kebutuhannya

Alam tidak akan membiarkannya binasa begitu saja.

Kewarasannya memang sudah ditelan oleh kalian, manusia

Tapi Dewa tidak akan diam

Ia akan mengirimkan bantuan dari alam untuk mendengarkan segala keluh kesahnya.


Hidup & mati seseorang dikuasai lidah,

siapa suka menggemakannya,

akan memakan buahnya.


Terima kasih

Walau aku memaksamu

Dengan cara yang sangat kasar

Akhirnya kau melihat semua yang terjadi padaku

Sekarang

Pergilah, selamatkan aku

Selamatkan hidupku yang ada di sana

Aku tidak mau diriku berakhir dengan keadaan mengenaskan

Kau tidak perlu menemaniku seperti 'mereka'

Mereka memang tercipta untuk menemaniku

Tapi, tolonglah aku

Aku yang di sana

Supaya aku yang disana tidak berakhir mengenaskan

Terima kasih…


Seberapa jauh aku harus kembali? Katakan padaku.

Semua begitu terang, hingga disertai rasa sakit.

Kebenaran adalah sesuatu yang tak dapat kita mengerti satu sama lain.

Jadi, aku meninggalkan dan tidak melihat ke belakang.

Jatuh ke dalam tidur yang terang, memenuhi setiap bagian diriku.

Aku tidak melakukan janji itu…

sejak lama, aku membuang cahayaku.

Dan seperti sinar matahari pada pagi hari,…

yang tak pernah kembali.



Sungguh puisi yang menyedihkan, akan lebih menyedihkan bila sudah membaca ceritanya

1 komentar: